kembali ke daftar isi

Merencanakan dan memfasilitasi pelatihan memerlukan sederet tugas-tugas yang melibatkan banyak orang. Pertama, pengelola kam­panye harus mengetahui kapan dan pelatihan apa yang dibutuhkan. Apakah kelompok membutuhkan pelatihan seputar pengembangan strategi kampanye atau sensitivitas jender? Apakah pelatihan perlu mempersiapkan sekelompok orang untuk berpartisipasi dalam aksi non-kekerasan atau se­kedar pengalaman kelompok untuk mencapai skill baru? Apakah kelompok afinitas membutuhkan pelatihan dalam proses kelompok?

Ketikia sebuah keputusan dibuat untuk menyelenggarakan pelatihan, maka dibutuhkan pelatih. Seperti yang dikemukakan dalam “Pelatihan aksi non-kekerasan”, jika pelatih tidak ada, buatlah sebuah tim co-fasilitator untuk melaksanakan pelatihan. Bab ini memuat daftar panduan untuk membantu mengorganisir, merencanakan dan memfasilitasi pelatihan.

Pengorganisir dan pelatih perlu saling bicara sebelum mengerjakan pada tugas masing-masing. Kurangnya kejelasan dan banyaknya asumsi dari pelatih atau pengorganisir dapat mengakibatkan pelatih menjadi tidak efektif. Sebuah pelatihan dapat menjadi kesempatan yang penting untuk menguji rencana, menemukan kelemahan dalam kelompok, atau melibatkan lebih banyak orang ke dalam proses. Seorang pelatih harus terbuka pada tujuan-tujuan tersebut.

Jika pelatih adalah bagian dari kelompok, mereka harus memiliki ke­jelasan mengenai peran mereka sebagai pelatih. Pelatih seperti ini memang lebih memahami konteks, kelompok, kampanye, skenario aksi, dan lain-lain daripada fasilitator luar, namun pelatih yang terlibat dalam pekerjaan bisa menghadapi kesulitan untuk memasuki peran yang berbeda, dan mengklari­fi­kasi peran akan membantu dalam proses tersebut.

Bab tentang ’Kampanye Non-Kekerasan’ dan Mengorganisir Aksi-aksi Non-Kekerasan yang efektif memuat informasi yang dapat membantu para pelatih dan pengelola memahami apa yang mereka perlu lakukan dan yang mungkin mereka butuhkan dalam melatih.